Manusia adalah pelakon panggung kehidupan dengan segala atribut yang melekat pada dirinya. Ia menjadi Makhluk yang sangat menarik yang untuk direfleksikan. Heraklitus melihat segala sesuatu termasuk manusia sebagai dinamis, bukan statis. Tokoh perintis yang menobatkan manusia dengan martabat nilainya adalah Aristoteles: "Makhluk yang berakal budi". Konsepsi ini dikembangkan terus sampai zaman Marx yang menobatkan manusia sebagai "mahkluk yang beraksi atau berparaksi". J. Huizinga melihat manusia sebagai makhluk bermain, maklhuk berdoa dan mahkluk bekerja para filsuf eksistensial mengatakan manusia adalah manusia adalah makhluk sosial. Esse est co-esse, ada selalu berarti " ada bersama yang lain".
Sedangkan, pada segala zaman dan di setiap tempat, agama merupakan masalah yang sangat rumit dan sangat aktual untuk di bicarakan. Di satu pihak agama di jujung tinggi sebagai pedoman menuju keselamatan manusia; atau sebagai jaminan yang memberi rasa aman bagi para pemeluknya dilain pihak agama justru melihat dilihat sebagai ekspresi yang tidak mengutungkan, bahkan sangat merugikan manusia, Namun bagaimanapun mayoritas manusia tetaplah mahkluk beragama. Bapak Ilmu Ekonomi dunia, Adam Smith (1729-1790) didalam bukunya mengatakan manusia adalah mahkluk ekonomi. Sementara manusia mahkluk rekreasi, muncul sebagai penyeimbang dan peringat agar tidak sampai berlalu bermain dengan kapitalis. Jangan sampai materi diyakini sebagai jaminan mutlak kebahagian lalu terjadilah penyerahan seluruh kekuatan untuk mengerjakanya. Padahal tubuh manusia mulia ini memiliki kapasitas terbatas Aristoteles, filsuf yang eksis sesudah Plato mengenal konsep sebagi manusia "mahkluk politik' Pertanyaan terkenal Aristoteles yang banyak di kutip hingga saat ini yakni dari kodrat manusia adalah mahkluk politik. Terakhir, segala perbedaan membuat manusia rentan terhadap konflik sehingga manusia dikatakan sebagai berkonflik. Segala atribut ini adalah bagian dari dan menjadi milik manusia.
Comentários